Makmur Anwar Maksum Hutomodimejo, lahir di
KEPRIHATINANKU
untuk : Bang H A Badar Sulaiman Usin di
Negeri yang tak ada lagi keluh kesah
Bang Badar,
tatkala aku membaca & mendengar tergerak nuraniku:
menghidupkan rasa keprihatinan bahwa
satu: orang miskin penghasilan rendah tak cukup biaya hidup keluarga
mereka yang terbanyak membakar uang hasil kerjanya sendiri untuk
mengasapi parunya, melemahi syahwatnya, menghidupi stroke-nya,
melukai janin di rahim isterinya
dua: masih orang miskin yang diserobot status miskinnya oleh kelas
di atasnya hingga sulit membeli minyak kompornya, makin tak mampu
kenyam goreng-gorengan, makin berat mencari beras untuk keluarganya,
musnah mampunya menyekolahkan anak
tiga: sementara kelompok legislatif yang nyebut diri wakil rakyat panen
honor, proyek, kerja dan pesta di hotel-hotel mewah dan keluar negeri
empat: masih legislatif yang banyak duitnya yang disebut terhormat menyakiti
perempuan yang diwakilinya
mencontohi rakyatnya dengan perilaku semaunya. ia mampu pergi ke Kepulauan Hawai
kenapa cuma ke Hotel Hawai di depan mata isteri
lima : selama reformasi kita sudah kehilangan saudara dua pulau batas wilayah dan
kehormatan di negeri jiran
kini Ambalat dan pulau-pulau lain terancam pencaplokan
ini mah urusan eksekutif – kata kodok sambil makan pizza
enam: masih di era reformasi kita kehilangan tata nilai dan kemapanan dan kebebasan pun
kerukunan yang dulu terkenal dengan gotong royongnya lenyap bahkan beribadah pun dapat dilarang
tujuh: negara kita disebut negara hukum tapi kehilangan supremasi hukumnya
hukum tak tegak aturan tak diikuti larangan dilanggar kewajiban tak diabaikan
ini sih urusan yudikatif – kata tikus sambil garuk-garuk pantat
delapan: acara tv banyak takhormati bahasa Indonesia satu butir sumpah pemuda
para selebriti ikutan ngrusak bahasa tanpa acuh tatanan campur adukkan ku dan aku
you dan I tanpa my
mereka tak punya lubang dinding nyanyi lagu dan ah
Bang Badar,
masih banyak yang menggugah keprihatinan tapi malam sudah lingsir
kita penggal esok disambung
maaf ya bang kalau aku dan keprihatinanku membuatmu tergores
(aku tahu hatimu peka akan halhal ini)
aku tak bermaksud begitu
semoga kau tenang dan damai di sana
2008
daun mawar
hidupku daun mawar lapangan
sepak bola
luka oleh duri sendiri
diinjakinjak pesta taruhan
aku adalah Nabi Luth
suami terleceh takhenti
nabi Nuh juga adalah aku
bukan banjirnya tapi anaknya
hidupku daun mawar
terluka duri sendiri
perban kain kasar
berselimut janji takdipenuhi
2008
ditunggu
kalau begini terus
negeri ini adalah
buah masak dimakan ulat
tinggal ditunggu jatuhnya
ulat dan kadal pesta bareng
rangit berjoged nyamuk bermain musik
2011
beribu kali
buat saudaraku
beribu kali kukatakan kau diam
beribu kali kubilang kau diam
beribu kali kuteriak kau diam
kupikir kau memikirkan
kupikir kau mengerti
kupikir kau tahu
ternyata tuli
ah pantas!
pantas!
2011
l u t h
kuncup mengunyah sekam sisa cahaya kebenaran
merambah menyebar sampai ke hilir masa
terhilir zamanku adalah aku
mengisap menyerap darah luth
pahit manis getir beraduk
kalau dia ﺍﷲ mau mencuci
tak ada pasir
tak ada kerikil
tapi ia mau memberi contoh
menghibur umat-nya
yang ada di hilir-hilir agar tak stress
aku adalah salah satunya
nuh yang hidup dulu
darahnya menetes jadi
contoh juga
obat kedua
jadi ramuan maha mujarab menyerap sinar paling menyilaukan
di jagad raya yang harta kekayaannya menyilaukan mata ini
aku yang tlah minum ramuan itu
dalam sadar dan tak sadar
hingga hidupku terbakar langit
riwayat itu aku telan bulat
kukeluarkan kukunyah lagi
pahit
getir
lidahku bengkak
tapi kukunyah lagi
pahit
getir
pedas
makin pahit
makin getir
makin pedas
tapi kutelan juga
sampai pingsan hidupku
tuhan menolongku mengulurkan tangan-nya
ya luth ya nuh
badanku terbakar habis jadi abu
aku hanyalah bayang-bayang angin laut
menyuruk ke dalam gunung limbah membusuk
tanpa hitungan
tanpa prosentasi
tanpa sisa
tapi api di mataku menyala
260711
Tidak ada komentar:
Posting Komentar